Perbedaan Margin dan Markup

Istilah Margin dan Markup banyak kita dengar dalam perhitungan keuntungan atau menentukan harga jual di atas harga pokok. Banyak pihak yang belum memahami arti sebenarnya dari dua istilah ini, bahkan banyak pula yang mengira keduanya sama, padahal tidak. Mari kita telusuri bahwa dua istilah ini berbeda.

Pengertian dan penggunaan istilah Margin

Dalam dunia perdagangan, kita mengenal istilah Margin sebagai keuntungan. Namun lebih sering lagi dinotasikan dalam bentuk persentase keuntungan. Sehingga jika orang mengatakan Margin, otomatis yang dia maksud adalah persentase Margin.

Secara umum, Margin adalah selisih antara satu bidang dan bidang yang melingkupinya. Jika kita ibaratkan kertas print, maka margin adalah selisih antara bidang kertas keseluruhan dengan bidang kertas yang akan digunakan untuk media print (print area). Dalam Microsoft Office kita pun menemukan istilah margin ini ketika melakukan pengaturan halaman (page setup).

Ibarat lainnya kita bisa gambarkan dengan diagram Venn. Kita mulai dengan menggambar kotak besar sebagai semesta nya.

Diagram Venn Kotak-01

Kemudian kita gambar lingkaran besar di dalam kotak tersebut, hingga hanya menyisakan area sedikit saja disekitarnya.

Diagram Venn 0-01

Kita lalu memberikan arsir pada area lingkaran untuk membedakan area tersebut dari sekitar nya.

Diagram Venn 1-01

Kini kita dapat melihat sebuah diagram Venn sederhana dengan semesta berupa kubus dan elemen utama berupa lingkaran.

Namun di luar elemen lingkaran, kita masih punya area yang tersisa dan tidak di arsir. Area ini juga merupakan elemen dari semesta kubus, namun bukan elemen dari lingkaran. Area inilah yang kita sedang ibaratkan sebagai Margin. Jika kita ingin membandingkan secara proporsional kedua elemen ini, maka cara yang paling tepat adalah membandingkan masing-masing elemen dengan semestanya.

Jika dinotasikan dalam persen, maka total luas semesta adalah 100% sehingga secara otomatis luas masing-masing elemen di dalam nya kurang dari 100%. Itulah kenapa tidak ada persentase Margin keuntungan 100%, berbeda dengan persentase Markup. Jika ada Margin keuntungan 100% dari sebuah produk, berarti keuntungan penjualan produk sama dengan penjualan produk itu sendiri, yang berarti pula tidak ada cost yang muncul dari penjualan tersebut. Hal ini hampir tidak mungkin terjadi, karena meskipun produk diperoleh secara gratis, akan tetap ada biaya yang terkait dengan produk tersebut sebagai Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold).

Penggunaan istilah Margin dalam Akuntansi

Dalam Akuntansi istilah Margin tidak disebutkan sendirian, namun digabungkan dengan profit menjadi Profit Margin (selisih keuntungan). Jadi istilah Margin sebenarnya hanya digunakan untuk memperkuat pengertian Profit sebagai selisih antara penjualan dan biaya. Karena tanpa kata Margin sekalipun, kita sudah memahami dari mana angka Profit tersebut didapat. Profit Margin dalam analisa laporan keuangan didapat dari persentase Gross Profit, yaitu keuntungan kotor dari penjualan setelah dikurangi harga pokok penjualan, sebelum dikurangi biaya penjualan dan administrasi yang nantinya akan menghasilkan Net Profit.

Ilustrasi lebih lengkap bisa kita lihat dalam contoh berikut ini:

Contoh perhitungan Margin Keuntungan

Sebuah pulpen yang kita beli seharga Rp. 1.000 kita jual dengan harga Rp. 2.000. Berapakan persentase margin keuntungan kita? Berapa persentase markup dari penjualan kita?

a. 100%

b. 50%

Jawab:

Dengan pendekatan akuntansi, kita akan mendapatkan persentase margin keuntungan dengan membandingkan selisih keuntungan (harga jual dikurangi harga pokok) dengan harga jual. Dengan kata lain, Margin yang dimaksud dalam kasus ini adalah Gross Profit. Jika dituliskan dengan rumus maka akan seperti berikut ini:

Jika,

Sales = Harga Jual

COGS = Harga Pokok Penjualan

GP = Margin

dan,

GP = Sales – COGS

% GP = (Sales – COGS) : Sales x 100%

% GP = GP : Sales x 100%

Dalam kasus di atas:

Sales = Rp 2.000

COGS = Rp 1.000

maka,

GP = Rp. 2.000 – Rp. 1.000

GP = Rp. 1.000

% GP = Rp 1.000 : Rp. 2.000 x 100%

% GP = 50%

Jadi Persentase Margin keuntungan dari penjualan kita adalah 50%, atau kita mendapat keuntungan 1/2 x lipat saja dari harga jual.

Penggunaan istilah Margin dalam Investasi

Margin juga digunakan dalam Investasi pasar modal. Seorang Investor yang membuka akun pada manager Investasi dikatakan memiliki Margin Account di Manager Investasi tersebut. Margin Account tersebut dapat digunakan si Investor untuk membeli saham. Namun lebih dari itu, Investor dapat meminjam dana tambahan dari Manager Investasi untuk membeli lebih banyak saham.

Jika Investor menanamkan dananya di Manager Investasi sebesar Rp. 100.000 dan dapat membeli 1 lot berisi 1000 lembar saham senilai Rp 100 per lembar, maka dengan pinjaman dari Manager Investasi, si Investor dapat melipatgandakan pembelian nya menjadi 2 lot dengan total pembelian Rp. 200.000. Jika suatu saat harga saham mengalami kenaikan harga menjadi Rp 120 per lembar, maka Investor akan mendapat keuntungan total Rp 20 x 2.000 lembar = Rp 40.000. Manager Investasi akan mengenakan bunga/fee atas pembelian tersebut selama masa pinjaman. Jika harga saham mengalami penurunan hingga di bawah harga beli, Manager Investasi akan melakukan Margin Call, yaitu meminta Investor menutupi kerugian tersebut. Manager Investasi berhak menjual saham tersebut atau menuntut Investor jika tidak dapat menutupi kerugian Investasinya.

Keterangan penggunaan Margin dalam Investasi hanya sebagai pelengkap. Kita tidak akan membahas lebih jauh pengertian Margin dalam dunia Investasi ini.

Pengertian Markup

Kita juga sering mendengar istilah Markup dalam dunia bisnis. Istilah ini secara sederhana adalah menaikkan harga jual dari harga pokok nya. Kadangkala istilah ini berkonotasi negatif karena menyiratkan persekongkolan dalam pengadaan barang dimana harga dinaikkan lagi di atas harga jual aslinya untuk kepentingan pribadi pihak pengadaan barang. Namun kita tidak akan membahas pengertian Markup dari sudut pandang ini.

Penggunaan istilah Markup dalam Perdagangan

Markup tidak dikenal dalam dunia akuntansi karena tidak ditemukan penggunaannya baik dalam laporan laba rugi maupun analisa laporan keuangan secara umum. Penggunaan istilah ini lebih banyak digunakan di dunia perdagangan untuk menentukan harga jual sebuah produk. Seorang pedagang yang tidak terbiasa dengan perhitungan akuntansi kemungkinan besar lebih sering menggunakan metode markup ini dalam menentukan harga jual produknya.

Contoh perhitungan Markup

Untuk memudahkan perbandingan Markup dan Margin saya akan menggunakan ilustrasi yang sama dengan Margin di atas.

Jika,

Sales = Harga Jual

COGS = Harga Pokok Penjualan

MUp = Markup

dan,

GP = Sales – COGS

% MUp = (Sales – COGS):COGS x 100%

% MUp = GP:COGS x 100%

Dalam kasus di atas:

Sales = Rp 2.000

COGS = Rp 1.000

maka,

% MUp = Rp. 2.000 – Rp. 1.000) : Rp. 1.000 x 100%

% MUp = Rp 1.000 : Rp. 1.000 x 100%

% MUp = 100%

Jadi Persentase Markup dari penjualan kita adalah 100%, atau kita mendapatkan keuntungan setara dengan harga pokok. Dalam ungkapan lain yang sering kita dengar, kita telah menjual produk dengan harga 2x lipat dari Rp 1.000 menjadi Rp. 2.000.

Apa manfaat pemahaman tentang Margin dan Markup ini?

Rasio profitabilitas menjadi salah satu indikator utama (Key Performance Indicator) perusahaan di seluruh dunia dalam pencapaian target perusahaan. Secara internal indikator-indikator ini dikomunikasikan ke seluruh elemen perusahaan yang terkait, baik yang bertugas sebagai ujung tombak (Penjualan dan Marketing) maupun bagian Akuntansi sendiri yang bertugas mencatat dan melaporkan keseluruhan transaksi kepada manajemen,

Bagian Akuntansi akan mengambil data penjualan dari sistem informasi keuangan perusahaan. Jika perusahaan menggunakan sistem otomatisasi, maka setiap data penjualan yang dimasukkan oleh bagian Penjualan, akan langsung dapat dilihat oleh bagian Akuntasi, bahkan sekaligus dapat diketahui Harga Pokok Penjualan (HPP) dari produk yang terjual, hingga Laba Kotor (Gross Profit) penjualan tersebut.

Disinilah pemahaman yang sama tentang Margin dan Markup sangat diperlukan. Bagian Penjualan dan Marketing harus memahami bahwa bagian Akuntansi hanya menggunakan indikator Profit Margin dalam menghitung profitabilitas, dan tidak menggunakan perhitungan Markup.Lebih dari itu jangan sampai bagian Penjualan dan Marketing keliru menganggap Margin dan Markup adalah hal yang sama, karena akan menimbulkan polemik dalam pencapaian target.

Masih menggunakan contoh sebelumnya, kita akan menggunakan Harga Pokok yang sama kemudian membandingkan jika pendekatan berbeda digunakan untuk mengukur harga jual dan pencapaian target. Namun agar tidak membingungkan, Margin yang digunakan adalah 20%.

Kita ketahui bahwa:

Harga Pokok 1 buah Pulpen: Rp 1.000

Margin Keuntungan yang ditargetkan perusahaan: 20%

Sales = Harga Jual

COGS = Harga Pokok Penjualan

GP = Margin Keuntungan

% GP = Persentase Margin Keuntungan

% GP = (Sales – COGS) : Sales x 100%

Maka,

%MUp = (Sales – Rp. 1.000) : Sales x 100%

20% = (Sales – Rp. 1.000) : Sales x 100%

Sales = (Sales – Rp. 1.000) x 100% : 20%

Sales = (Sales – Rp. 1.000) x 5

Sales = 5Sales – Rp 5.000

5Sales – Sales = Rp 5.000

4Sales = Rp. 5.000

Sales = Rp. 1.250

Jadi Harga jual 1 buah pulpen dengan Harga Pokok Rp. 1.000 dan Margin keuntungan 20% adalah Rp 1.250

Jika anda telah memahami rumus diatas dengan baik maka anda akan menemukan pendekatan yang lebih mudah:

Sales = Rp 1.000 : (100%-20%)

Sales = Rp. 1.000 : (1-0,2)

Sales = Rp. 1.000 : 0,8

Sales = Rp. 1.250

Setelah target penjualan telah diketahui dan ditetapkan perusahaan, sekarang kita akan menghitung pendekatan dengan metode Markup untuk mengetahui berapa Persentase Markup dengan harga jual yang telah ditetapkan tersebut.

Kita ketahui:

Harga Jual yang ditetapkan : Rp. 1.250

Harga Pokok Penjualan : Rp. 1.000

Berapa Persentase Markup dari harga Jual tersebut?

% MUp = (Sales – COGS):COGS x 100%

% MUp = (Rp. 1.250 – Rp. 1.000) : Rp. 1.000 x 100%

% MUp = Rp. 250 : Rp. 1.000 x 100%

% MUp = 0.25 x 100%

% MUp = 25%

Dengan demikian kita ketahui bahwa jika perusahaan menentukan Margin keuntungan sebesar 20% maka sama halnya dengan Markup harga jual sebesar 25%.

Tinggalkan komentar